ORBITAL DAN PERANANNYA DALAM IKATAN KOVALEN
TEORI ORBITAL MOLEKUL
Sifat
simetri dan energi relatif orbital atom menentukan bagaimana mereka
berinteraksi untuk membentuk orbital molekul. Orbital molekul ini kemudian
diisi dengan elektron tersedia sesuai dengan aturan yang sama yang digunakan
untuk orbital atom, dan energi total elektron dalam orbital molekul
dibandingkan dengan total awal energi elektron dalam orbital atom.
Jika
energi
total elektron dalam molekul orbital kurang dari dalam orbital atom,
molekul stabil dibandingkan dengan atom; jika tidak, molekul tidak
stabil dan
senyawa tidak terbentuk. Teori orbital molekul mengkombinasikan
kecenderungan atom untuk mencapai keadaan oktet dengan sifat-sifat
geombangnya, menempatkan elektron-elektron pada suatu tempat yang
disebut orbital. Menurut teori orbital molekul, ikatan kovalen dibentuk
dari kombinasi orbital-orbital atom membentuk orbital molekuler; yaitu
orbital yang dimiliki oleh molekul secara keseluruhan. Seperti orbital
atom, yang menjelaskan volume ruang di sekeliling inti atom di mana
elektron mungkin ditemukan, orbital molekuler menjelaskan volume ruang
di sekeliling molekul di manaelektron mungkin ditemukan.
Orbital molekuler juga memiliki bentuk ukuran dan energi yang spesifik.
Mari kita lihat pada contoh pertama kita dalam molekul hidrogen (H2). Orbital 1s dari satu atom hidrogen mendekati orbital 1s dari atom hidrogen kedua, kemudian keduanya melakukan overlap orbital. Ikatan kovalen terbentuk ketika dua orbital s mengalami overlap, disebut dengan ikatan sigma (σ). Ikatan sigma berbentuk silindris simetris , elektron dalam ikatan ini terdistribusi secara simetris/ berada di tengah antara dua atom yang berikatan.
SIFAT GELOMBANG
Gelombang adalah
gejala rambatan dari suatu getaran/usikan. Gelombang akan terus terjadi
apabila sumber getaran ini bergetar terus menerus. Gelombang membawa
energi dari satu tempat ke tempat lainnya. Contoh sederhana gelombang,
apabila kita mengikatkan satu ujung tali ke tiang, dan satu ujung
talinya lagi digoyangkan, maka akan terbentuk banyak bukit dan lembah di
tali yang digoyangkan tadi, inilah yang disebut gelombang.
MODEL ATOM MEKANIKA GELOMBANG
Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg
merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan
oleh ERWIN SCHRODINGER pada tahun1927, yang mengajukan
konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom. Orbital
menyatakan suatu daerah dimana elektron paling mungkin (peluang
terbesar) untuk ditemukan.
Schrodinger sependapat dengan Heisenberg bahwa kedudukan elektron
dalam atom tidak dapat ditentukan secara pasti, namun yang dapat
ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada suatu titik pada
jarak tertentu dari intinya. Ruangan yang memiliki kebolehjadian
terbesar ditemukannya elektron disebut Orbital.
Dalam mekanika kuantum, model orbital atom digambarkan menyerupai
“awan”. Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut Subkulit.
Persamaan gelombang ( Ψ= psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan
tiga bilangan gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan
(tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital, yaitu: bilangan
kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l) dan bilangan kuantum
magnetik (m)
ORBITAL IKATAN DAN ANTIIKATAN
Gambar di bawah ini (Gambar a dan b) menunjukkan OM yang dibentuk dari kombinasi 2 orbital atom 1s dan energi relatif yang akan dimiliki elektron dalam masing-masing elektron miliki dalam
orbital.
Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.
Orbital molekul antiikatan memiliki energi yg lebih tinggi dan kestabilan yang
lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.
Di
dalam OM menunjukkan permukaan dengan kerapatan elektron tetap/konstan sehingga
elektron memiliki kemungkinan untuk berada didalamnya. Sehingga sebuah elektron
dalam sebuah OM seperti dalam gambar akan berada dalam dalam daerah ikatan. Sebuah elektron dalam orbital ikatan
cenderung untuk bersama dalam inti positif, sehingga mengikatnya bersama secara
elektrostatik dan meningkatkan kestabilan molekul. Meningkatnya kestabilan
berhubungan dengan rendahnya energi, sehingga energi ikatan lebih rendah
dibanding energi orbital atom awal (Gambar b). Sebuah elektron pada antiikatan sebagian besar
waktunya diluar inti.
Elektron
di antiikatan cenderung mengurangi kestabilan molekul dengan menarik inti
menjauh. Sebuah elektron antiikatan
memiliki energi lebih tinggi dibandingkan elektron pada orbital awal. Sehingga
Elektron ikatan memiliki energi lebih rendah, sedangkan orbital antiikatan
memiliki energi lebih tinggi dibandingkan orbital awal. Orbital ikatan (Gambar 1) dicirikan
dengan menumpuknya kerapatan elektron diantara inti dan sepanjang ikatan yang
menghubungkan inti. Sebuah orbital
yang kerapatan utamanya berada sepanjang inti ini dikenal sebagai orbital sigma. Orbital ikatan sigma pada Gambar 1
dilambangkan dengan σ1s
(sigma satu s) yang
menunjukkan bahwa ikatan yang terbentuk dari orbital atom 1s. Simbol untuk orbital
antiikatan memiliki tanda bintang pada Gambar 1 ditulis σ*1s (sigma satu
bintang) .
Sebuah orbital antiikatan σ* memiliki
jumlah kerapatan elektron yang kurang antar inti dan meningkat sepanjang garis ikatan diluar inti.
ORBITAL HIBRIDA KARBON
Hibrid sp
Ikatan kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan dengan hibridisasi sp.
Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk ikatan sigma, dan dua ikatan tambahan yang dibentuk oleh tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp bersudut 180°.
Hibrid sp2
Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan pada metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan tampak seperti:
Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena orbtial-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan seperti yang disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang dan kuat ikat yang sama. Hal ini sesuai dengan data percobaan.
Dalam hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p:
membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p
tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon membentuk sebuah ikatan sigma
dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120°. Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang molekul dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi maupun tidak).
Jumlah huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat, yakni hibridisasi seperti sp2.5
juga dapat terjadi. Dalam kasus ini, geometri orbital terdistorsi dari
yang seharusnya. Sebagai contoh, seperti yang dinyatakan dalam kaidah Bent, sebuah ikatan cenderung untuk memiliki huruf-p yang lebih banyak ketika ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.
Hibrid sp3
Hibridisasi
menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom.
Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti
metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat:
(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s, dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p)
teori ikatan val memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena), sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori mengizinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah benar untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4
yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras
tumpang tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara
eksperimen, setiap hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama.
Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih) elektron:
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu
elektron valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan
elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom
terhadap elektron-elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti
efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru
yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang
berikatan dengan empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan) "bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadi
Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.
Sebuah pandangan alternatifnya adalah dengan memandang karbon sebagai anion C4−. Dalam kasus ini, semua orbital karbon terisi:
Jika kita menrekombinasi orbital-orbital ini dengan orbital-s 4 hidrogen (4 proton, H+)
dan mengijinkan pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni
tetrahedal), maka kita bisa melihat bahwa pada setiap orientasi
orbital-orbital p, sebuah hidrogen tunggal akan bertumpang tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan 75% dengan tiga orbital-p C. HaL ini sama dengan persentase relatif antara s dan p dari orbital hibrid sp3 (25% s dan 75% p).
Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki tingkat energi yang sama, namun spektrum elektronnya menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV
(satu pasangan elektron) dan satu pada 23 eV (tiga pasangan elektron).
Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila kita menganggap adanya
penggabungan orbital tambahan yang terjadi ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.
saya soni mau menambahkan De Broglie kemudian juga mencocokkan elektron pada persamaan momentum dan panjang gelombang foton buatan Einstein. Hasilnya h=pλ. λ (panjang gelombang) ini ternyata tidak berlaku pada elektron dan gelombang saja, tapi pada seluruh benda di alam semesta. De Broglie tidak sembarangan dalam menyusun teorinya ini, dia mendasarkannya pada Teori Relativitas Khusus Einstein.
BalasHapusDengan teorinya ini, De Broglie berhasil memecahkan semua kebimbangan dalam fisika modern, kebingungan antara sifat gelombang dan sifat partikel benda. Dengan teori De Broglie ini, dia berhasil menjelaskan dualisme sifat cahaya. Cahaya memiliki sifat partikel, tapi cahaya juga memiliki sifat gelombang. Lebih jauh lagi, elektron juga demikian. Elektron punya sifat partikel, dan mungkin elektron juga punya sifat gelombang.
Tapi waktu itu teori De Broglie dianggap lalu begitu saja, karena tidak ada percobaan yang bisa membuktikannya. Barulah tiga tahun setelahnya, tahun 1927, teori De Broglie terbukti kebenarannya lewat percobaan. Dua orang fisikawan Amerika, Clinton Joseph Davisson (1881-1958) dan Lester Herbert Germer (1896-1971) membuktikan teori itu dengan percobaan lempengan nikel.
selamat sore yamin , saya ingin menambahkan sedikit materi blog saudara mengenai orbital hibrida karbon bahwa Bila atom hidrogen dari suatu molekul, maka digunakan orbital atom 1s untuk ikatan. Keadaan dengan atom karbon agak belainan. Karbon mempunyai dua elektron dalam orbital 1s karenanya orbital 1s merupakan orbital terisi yang tidak digunakan untuk ikatan. Keempat elektron pada tingkat energi kedua dari karbon adalah elektron ikatan.Ada empat orbital atom pada tingkat energi kedua, satu orbital 2s dan tiga orbital 2p. Namun demikian, karbon tidak menggunakan keempat orbital dalam keadaan murninya untu ikatan. Sebagai gantinya karbon bercampur atau hibridisasi yaitu empat orbital atom tingkat kedua menurut salah satu dari tiga cara untuk ikatan.
BalasHapusterima kasih
assalamualaikum saudara yamin, saya ingin bertanya mengapa Elektron di antiikatan cenderung mengurangi kestabilan molekul dengan menarik inti menjauh?
BalasHapusTerima kasih banyak, saya ucapkan kepada saudara Soni afriansyah dan Robi atas penambahan materinya. Semoga dengan ditambahkan materi ini akan lebih lengkap dari pada sebelumnya.
BalasHapusTerima kasih . . .
Waalaikumsalam saudari dhea, saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda. Menurut saya, karena elektron antiikatan memiliki energi lebih tinggi dibandingkan elektron pada orbital awal. Sehingga Elektron ikatan memiliki energi lebih rendah, sedangkan orbital antiikatan memiliki energi lebih tinggi dibandingkan orbital awal.
BalasHapusTerima kasih . . .